Bom Bunuh Diri Meledak di Solo
Bom bunuh diri mengguncang Solo pada Ahad pagi. Sasarannya, rumah ibadah, Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton. Sebanyak 24 jemaat gereja luka-luka, sedangkan pelaku tewas mengenaskan.
Dikutuk Berbagai Pihak
Dalam menanggapi peristiwa di ujung misa itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar tatap muka dengan wartawan di Istana Negara petang kemarin.
Dalam pernyataannya, Presiden SBY, demikian ia biasa disebut, mengutuk keras tindakan pelaku pemboman. Dan untuk menindaklanjuti kasus itu, ia memerintahkan aparat hukum untuk tegas menindak otak di balik aksi itu apa pun suku dan latar belakangnya. “Aparat hukum tidak perlu ragu-ragu dalam menghadapi mereka,” ucapnya.
Ulama Cirebon yang tergabung dalam Forum Lintas Iman Cirebon Antiteror mengutuk keras bom bunuh diri di Solo, Ahad (25/9/2011). Kejadian itu menjadi bukti kegagalan pemerintah dalam melindungi keamanan warga negara.
Direktur Fahmina Institute, sebuah lembaga studi Islam di Cirebon, Marzuki Wahid, mengatakan, terulangnya bom bunuh diri dalam kurun waktu lima bulan di Indonesia, yakni setelah bom Cirebon, antara lain disebabkan ketidakmampuan pemerintah dalam menyelesaikan terorisme sampai ke akarnya.
“Penyelesaian selama ini hanya di permukaan saja. Padahal, salah satu hak warga negara ialah mendapatkan perlindungan dan rasa aman,” ujarnya.
Suryapranata, perwakilan ulama Buddha, menyebutkan, Presiden dan polisi harus segera membongkar jaringan pelaku bom Solo. “Jangan sampai ada rakyat yang merasa tidak aman,” katanya.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai peristiwa bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Semesta Solo sebagai satu lagi bukti pemerintah telah gagal. Keamanan dan intelijen, lagi-lagi kecolongan. Kasus bom Solo seakan peristiwa berulang dari bom bunuh diri di Cirebon beberapa waktu lalu.
Ketua Fraksi PDIP DPR Tjahjo Kumolo mengatakan, bom bunuh diri di tempat ibadah adalah bukti adanya masalah mendasar di negara ini.
“Pemerintah tidak bisa melaksanakan perintah konstitusi Pasal 29 yaitu wajib melindungi hak setiap warga negara untuk menjalankan ibadahnya sesuai agama dan kepercayaannya,” kata Tjahjo, Ahad (25/9).
Pelaku
Sebelum beraksi, meledakkan diri di Gereja Betel Injil Sepenuh (GBIS) Solo, terduga pelaku terlihat mampir di sebuah warung internet (warnet), Solonet.
Ia sempat menitipkan tas dan ganti baju di WC. Dia juga sempat masuk ke bilik internet, log in dengan dua nama: Oki dan Eko. Sejumlah situs jihad diduga ia buka, ada Al Qaeda dan Arrahmah.
Dimintai tanggapan terkait itu, Pemimpin Redaksi Arrahmah.com, Muhammad Fachri menegaskan, siapapun bisa mengakses situsnya, tidak masalah. “Arrahmah adalah situs rujukan umat Islam dan jihad di seluruh dunia,” kata Fachri saat dihubungi media.
Fachri menegaskan, pelaku tidak ada kaitannya sama sekali dengan Arrahmah. “Arrahmah bisa dibuka siapa saja, siapapun. Jangan kemudian mengkaitkan,” ujarnya.
Mantan komandan Jamaah Islamiyah untuk Asia Tenggara, Nasir Abbas turut mengomentari mengenai kejadian ini.
“Pelaku bom bunuh diri adalah orang bodoh dan orang jahat, membuat suasana rukun menjadi kacau, membuat masyarakat jadi tidak tenang, apalagi di tempat ibadah,” kata Nasir Abbas kepada media, Minggu 25 September 2011.
Nasir mengimbau untuk semua media agar menyampaikan pemberitaan tidak membuat sebagian masyarakat menjadi resah. “Isu agama dan SARA jangan terlalu dikaitkan, biarlah pihak keamanan dan kepolisian menyelesaikan yang sudah menjadi tugasnya, kita tunggu hasil pemeriksaan, siapa pelaku bom itu, siapa pemimpinnya, dan apa motivasinya,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI, Anis Matta mengucapkan belasungkawa mendalam atas bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo. Anis mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mengutuk aksi biadab itu.
“Mari bersama-sama kita kutuk aksi itu. Atas alasan apapun tindakan itu tidak dibenarkan. Tidak ada pula ajaran agama yang membenarkan aksi seperti itu,” kata Anis di sela halal bi halal dan temu kader PKS Bali, di Denpasar, Ahad.
Ia juga mengimbau agar serangan ini tak sampai menimbulkan konflik horizontal, baik di Solo maupun di kota lainnya. Polisi, imbuhnya, harus melakukan menuntaskan persoalan ini secara komprehensif.
Ia menilai aksi tersebut bukan dilakukan oleh kelompok terorganisir, melainkan aksi individual. “Makanya belakangan ini polisi kesulitan mengidentifikasi gerakan mereka. Polisi kesulitan mengidentifikasi mereka, karena arah gerak teroris saat ini sangat tidak jelas,” katanya.
Sudutkan Islam
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Kejadian tersebut dinilai akan semakin menyudutkan nama Islam.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, mengaca pada kejadian yang sama sebelumnya, aksi bom bunuh diri yang mengakibatkan satu korban jiwa tersebut akan semakin menyudutkan nama Islam, yang acap kali menjadi kambing hitam asal pelaku pengeboman. Kejadian ini juga dianggap akan menjadikan Indonesia semakin dinilai miring oleh dunia internasional.
“Jelas kami sangat menyayangkan. Kenapa di negeri yang sudah mulai kondusif ini masih ada aksi-aksi tak bertanggung jawab seperti itu? Apalagi untuk nama Islam, kejadian ini akan semakin menyulitkan upaya perbaikan nama yang tengah kami lakukan, yang juga dilakukan oleh teman-teman ormas lainnya,” ungkap Said di Jakarta, Ahad.
Tanggapan :
Menurut pendapat saya, dengan terjadinya bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil sangat meresahkan masyarakat. Timbulnya keresahan yang dirasakan masyarakat ini akan menjadikan suasana kerukunan dalam perbedaan agama dapat retak. Menimbulkan juga prasangka tidak baik terhadap perbedaan agama dan jika dibiarkan menjadi konflik antar agama. Kenapa demikian, karena terjadinya bom digereja maka umat Kristen akan merasa dizalimi dan merasa diganggu keamanan, peribadatan, dan keselamatan dirinya. Mereka pun akan beranggapan bahwa yang mereka perangi adalah umat islam padahal prasangka demikian tidaklah benar dan tidak ada bukti. Mereka sebatas tahu bahwa yang melakukan bom bunuh diri adalah orang yang beragama islam. Dengan begitu kerukunan yang terjadi akanlah retak, dan rasa persodaraan akan hilang karena timbul rasa kebencian. Pemerintah seharusnya lebih agresif dalam melaksanakan tugasnya dalam menjaga keamanan masyarakat. Jangan sampai hal ini dapat terulang lagi. Cukuplah masalah ini terjadi sekali saja, jangan terulang lagi karena ini adalah masalah yang menyangkut persatuan dan kesatuan Negara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.