Minggu, 16 Oktober 2011

Krisis Air Bersih Mengancam Indonesia

Peringatan Hari Air Dunia 2010 pada Maret lalu, diwarnai kabar tak menyenangkan tentang ancaman krisis air bersih. Krisis yang terus berlangsung di berbagai belahan dunia ini bahkan makin mengkhawatirkan. Sebab, jumlah manusia dari waktu ke waktu terus bertambah. Kebutuhan akan air pun ikut meningkat. Namun, jumlah persediaan air tidak bertambah.
Ya, ancaman krisis air bersih melanda dunia. Kini, masyarakat dunia tak hanya terancam kelaparan, namun juga kehausan. Indonesia tentu tak luput dari ancaman ini. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, kelangkaan air dunia paling parah terjadi di kawasan Afrika. Sedangkan untuk Asia Tengah adalah Indonesia, khususnya di Jawa dan sepanjang pantai utara.
Bagi Indonesia, masalah krisis air bersih terutama disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola sumber daya air. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya antara kebutuhan akan air yang terus berkembang dengan ketersediaan sumber daya air yang cenderung tetap. Asal tahu, Indonesia memiliki potensi air tawar sebesar 1.957 miliar meter kubik/tahun. Dengan jumlah penduduk yang kini mencapai 228 juta jiwa, jumlah air tawar tersebut setara dengan 8.583 meter kubik/kapita/tahun. Jumlah ini berada di atas nilai rata-rata dunia, yaitu 8.000 meter kubik/kapita/tahun. Namun, kondisi ketersediaan air ini sangat bervariasi, baik antarwilayah/kawasan maupun antarwaktu. Demikian dijelaskan Pakar Sumber Daya Air Terpadu Universitas Indonesia, Firdaus Ali, kepada BERANI, pada April lalu.
Menurut Pak Firdaus, kondisi ketersediaan air yang terbatas diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Akibatnya, tingkat pencemaran air oleh limbah cair ataupun padat semakin tinggi. Daerah persediaan air pun rusak karena penebangan liar yang terjadi di hutan-hutan dan daerah resapan air. Kondisi ini menjadi semakin berat dengan adanya ancaman serius dari dampak perubahan iklim.
Dampak yang Muncul
Secara umum, kebanyakan wilayah di Indonesia telah nyaris mengalami krisis air bersih. Selama Maret 2010, misalnya, kelangkaan air di Provinsi Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Banten, dan Kalimantan Barat, mewarnai pemberitaan di berbagai media massa. Menurut Pak Firdaus, Pulau Jawa dan Bali sudah mengalami kelangkaan air sejak tahun 2000. Pada 2015, kelangkaan air diperkirakan meluas ke Sulawesi dan NTT. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta kini sudah masuk dalam kategori krisis air. “Hampir sebagian besar sumber-sumber air perkotaan kita, khususnya di Pulau Jawa, terus tercemar oleh limbah. Sebagai contoh, dari 13 sungai/kali yang mengalir di Jakarta, hampir semuanya sudah tidak layak untuk dijadikan sumber air bersih,” jelasnya. Akibat gangguan kualitas sumber air tersebut, biaya pengolahan air bersih terus mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan masyarakat harus membayar lebih mahal untuk bisa mendapatkan air bersih.
Dampak lain yang dapat muncul akibat krisis air adalah timbulnya penyakit yang berkaitan dengan ketersediaan air. Pak Firdaus mengatakan bahwa krisis air bersih di dunia merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah perang. Menurutnya, hingga kini ada sebanyak 1,2 miliar orang yang tidak memiliki akses (jalan masuk) ke sumber-sumber air bersih yang aman dan terjangkau. Akibatnya, setiap tahun sedikitnya 2,2 juta orang meninggal karena penyakit diare. 

Tanggapan :
Menurut saya, permasalahan air bersih ini cukup memprihatinkan. Dampak krisis air bersih ini pun sangatlah besar. Timbulnya berbagai penyakit akibat sulitnya menjangkau sumber-sumber air bersih. Mungkin tanpa kita sadari, akibat krisis air bersih ini disebabkan oleh kita sendiri karena kurangnya kesadaran dalam  menjaga lingkungan. Akibatnya, tingkat pencemaran air oleh limbah cair ataupun padat semakin tinggi. Daerah persediaan air pun rusak karena penebangan liar yang terjadi di hutan-hutan dan daerah resapan air. Sungai-sungai tidak layak menjadi sumber air bersih karena sudah kotor dan tercampur limbah cair dan padat, begitu pula dengan aliran kali atau got. Air sumurpun sulit kita jumpai dengan kualitas airnya bersih dan layak dikonsumsi Karen pepohonan sudah hampir habis karena ditebang dan tanahnya untuk pembangunan. Kita harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Jika kita semua ingin mendapatkan sumber air bersih, maka seharusnya kita menjaganya dan tidak merusaknya. Jangan lagi membuang sampai sembarangan bahkan membuang sampah di sungai atau di kali atau got, tingkatkan reboisasi atau penghijauan, pemerintah harus memperbaharui sistem pembangunan jangan sampai tingkat pembangunan tidak merata setiap daerah agar antara pembangunan dan penghijauan sama/sebanding. Dengan demikian sumber air bersih pun kita mudah mendapatkannya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.