Makin Banyak Orang Indonesia Pelesir ke Luar Negeri
JAKARTA, KOMPAS.com – Pengeluaran wisatawan nasional (wisnas) atau wisatawan asal Indonesia yang berwisata ke luar negeri di tahun 2010 mencapai 6 juta dollar AS. Angka yang meningkat pesat karena di tahun 2009, egarac menunjukkan pengeluaran wisnas sebesar 4,9 juta dollar AS.
Sedangkan devisa yang diterima egara dari wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia di tahun 2010 sebesar 7,6 juta dollar AS. Sedangkan di tahun 2009 pengeluaran wisman di Indonesia 6,2 juta dollar AS.
Dari egarac tersebut, tak heran muncul kekhawatiran bahwa jumlah wisnas akan menyalip wisman di beberapa tahun ke depan. Apalagi demografi Indonesia, sebesar 40 persen merupakan pemuda atau usia produktif.
“Dalam suatu forum saya sampai bicara nasionalisme. Di Medan misalnya, saya egarac jangan selalu pergi ke Penang saja, tapi coba juga ke Jakarta. Di sana ada Taman Mini, misalnya. Ada seorang Ibu yang menjawab, saya ingin dengan uang sejuta saya bisa ke Jakarta dengan anak saya, tapi tidak bisa,” tutur Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gusti Putu Laksaguna.
Ia mengungkapkan untuk membuat destinasi wisata dalam negeri menjadi menarik bagi wisatawan nusantara (wisnus) adalah diperlukan pembuatan paket-paket hemat wisata. Namun, lanjutnya, kendala ada di harga tiket pesawat terbang,
“Harga tiket pesawat itu merupakan 60 persen dari komponen paket. Ini kendala yang dialami teman-teman di biro perjalanan,” katanya.
Di tahun 2012, target pemerintah untuk jumlah kunjungan wisman sebesar 8 juta orang. Putu mengatakan sekedar mengejar target wisman saja tidak cukup.
“Jangan kita bilang target 8 juta, kalo 1000 (dolar pengeluaran per wisatawan) sudah dapat 8,5 triliun (rupiah), tapi kalau devisa yang keluar ternyata lebih banyak lagi kan tidak ada artinya. Ini yang memang perlu dicermati dan kita perlu membuat action yang jelas,” jelasnya.
Sementara itu, Head of Research Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Wismono Nitidihardjo mengungkapkan di banyak egara, harga tiket egarac pada umumnya paling tinggi. Sehingga, lanjutnya, terkadang lebih tinggi dibandingkan tiket regional.
“Domestik tidak ada persaingan dengan maskapai luar. Untuk harga dalam negeri hak eksklusif egara tersebut,” katanya.
Ia menambahkan hal ini berbeda dengan tiket regional yang harganya dibebaskan dan tidak diatur oleh pemerintah manapun, sehingga benar-benar berdasarkan mekanisme pasar.
“Di Indonesia, kita punya egara referensi yang diatur oleh pemerintah, egara ini tidak bisa dilanggar karena berhubungan dengan keselamatan penumpang. Pemerintah sudah menghitung berapa tarifnya. Kalau ada airline yang menjual di bawah itu, berarti ada yang dikorbankan, entah itu maintenance-nya atau lainnya,” jelasnya.
Apalagi, katanya, di 2015 akan diberlakukan udara bebas sehingga tidak ada pembatasan rute regional. Hal ini berarti semua egara, terutama 10 negara yang tergabung dalam ASEAN dapat masuk dengan bebas.
“Saat itu, maskapai kita akan membawa turis keluar maupun masuk Indonesia,” ujarnya.
Sedangkan devisa yang diterima egara dari wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia di tahun 2010 sebesar 7,6 juta dollar AS. Sedangkan di tahun 2009 pengeluaran wisman di Indonesia 6,2 juta dollar AS.
Dari egarac tersebut, tak heran muncul kekhawatiran bahwa jumlah wisnas akan menyalip wisman di beberapa tahun ke depan. Apalagi demografi Indonesia, sebesar 40 persen merupakan pemuda atau usia produktif.
“Dalam suatu forum saya sampai bicara nasionalisme. Di Medan misalnya, saya egarac jangan selalu pergi ke Penang saja, tapi coba juga ke Jakarta. Di sana ada Taman Mini, misalnya. Ada seorang Ibu yang menjawab, saya ingin dengan uang sejuta saya bisa ke Jakarta dengan anak saya, tapi tidak bisa,” tutur Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gusti Putu Laksaguna.
Ia mengungkapkan untuk membuat destinasi wisata dalam negeri menjadi menarik bagi wisatawan nusantara (wisnus) adalah diperlukan pembuatan paket-paket hemat wisata. Namun, lanjutnya, kendala ada di harga tiket pesawat terbang,
“Harga tiket pesawat itu merupakan 60 persen dari komponen paket. Ini kendala yang dialami teman-teman di biro perjalanan,” katanya.
Di tahun 2012, target pemerintah untuk jumlah kunjungan wisman sebesar 8 juta orang. Putu mengatakan sekedar mengejar target wisman saja tidak cukup.
“Jangan kita bilang target 8 juta, kalo 1000 (dolar pengeluaran per wisatawan) sudah dapat 8,5 triliun (rupiah), tapi kalau devisa yang keluar ternyata lebih banyak lagi kan tidak ada artinya. Ini yang memang perlu dicermati dan kita perlu membuat action yang jelas,” jelasnya.
Sementara itu, Head of Research Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Wismono Nitidihardjo mengungkapkan di banyak egara, harga tiket egarac pada umumnya paling tinggi. Sehingga, lanjutnya, terkadang lebih tinggi dibandingkan tiket regional.
“Domestik tidak ada persaingan dengan maskapai luar. Untuk harga dalam negeri hak eksklusif egara tersebut,” katanya.
Ia menambahkan hal ini berbeda dengan tiket regional yang harganya dibebaskan dan tidak diatur oleh pemerintah manapun, sehingga benar-benar berdasarkan mekanisme pasar.
“Di Indonesia, kita punya egara referensi yang diatur oleh pemerintah, egara ini tidak bisa dilanggar karena berhubungan dengan keselamatan penumpang. Pemerintah sudah menghitung berapa tarifnya. Kalau ada airline yang menjual di bawah itu, berarti ada yang dikorbankan, entah itu maintenance-nya atau lainnya,” jelasnya.
Apalagi, katanya, di 2015 akan diberlakukan udara bebas sehingga tidak ada pembatasan rute regional. Hal ini berarti semua egara, terutama 10 negara yang tergabung dalam ASEAN dapat masuk dengan bebas.
“Saat itu, maskapai kita akan membawa turis keluar maupun masuk Indonesia,” ujarnya.
Tanggapan :
Peningkatan wisata nasional (wisatawan indonesia) yang berwisata ke luar negeri sungguh riskan. Pasalnya, total pendapatan wisatawan mancanegara yang berwisata ke indonesia berbeda tipis. Ditakutkan bahwa beberapa tahun ke depan pengeluaran Negara kita untuk berwisata ke luar negeri lebih tinggi daripada pendapatan kunjungan wisata mancanegara. Walaupun pemerintah ingin mentargetkan wisata asing meningkat namun percuma saja kalau wisata nasional meningkat bahkan lebih tinggi lagi. Kesimpulannya adalah masyarakat indonesia lebih suka berwisata di luar negeri dari pada di negeri sendiri. Sebenarnya pemerintah dan pihak yang terkait harus sering mempromosikan tempat-tempat wisata di indonesia ini. Tempat wisata di indonesia juga tak kalah baiknya dengan wisata di luar negeri. Pemerintah dan pihak yang terkait juga harus menjaga, meningkatkan dan memperbaharui tempat-tempat wisata yang ada di indonesia. Masyarakat juga harus mendukung pemerintah dalam perancangan perwisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.