Minggu, 08 Januari 2012


Kurang Gizi Mikro Dihadapi Balita Indonesia

Kompas.com - Beberapa dekade lalu, persoalan pemenuhan gizi makro, seperti kekurangan karbohidrat, lemak atau protein, masih mendominasi persoalan gizi anak. Tetapi saat ini, persoalan telah bergeser ke upaya pemenuhan kebutuhan gizi mikro.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Ahmad Sulaeman, pakar ekologi manusia dan pemerhati gizi, dari Institut Pertanian Bogor, dalam acara Nutritalk bertema "Gizi Lintas Generasi - Tantangan Gizi Anak Dulu, Kini dan Nanti, yang diadakan oleh Sari Husada di Jakarta,  (13/10/2011).
"Sekarang isu gizi yang marak timbul adalah masalah kekurangan gizi mikro (hidden hunger), menyangkut defisiensi besi, yodium, asam folat, vitamin A dan beberapa jenis vitamin B," katanya.
Ahmad mengatakan, rendahnya asupan zat gizi mikro tersebut menyebabkan tingginya kasus penyakit kurang zat gizi mikro (KGM). Dampaknya dapat terlihat jelas dengan meningkatnya angka kematian ibu dan anak, penyakit infeksi, menurunnya kecerdasan anak serta produktivitas kerja.
Di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, lanjut Ahmad, prevalensi kurang zat gizi mikro sebesar 50-60 persen, dengan 9 persen angka kematian anak dan 13 persen kematian ibu disebabkan karena kekurangan vitamin A. Bahkan, data tahun 2004 menunjukkan 10 juta anak balita di Indonesia kurang vitamin A.
"Sekitar 18 persen kematian ibu melahirkan dan 24 persen kematian perinatal disebabkan anemia dan defisiensi besi. Sedangkan kekurangan zat yodium merupakan penyebab umum retardasi mental dan kerusakan fungsi otak di berbagai negara dunia," jelasnya.
Masalah yang berhubungan dengan gizi tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Negara maju pun kata Ahmad, memiliki masalah yang berhubungan dengan gizi. Oleh sebab itu, pada beberapa tahun terakhir PBB mengembangkan tujuan pembangunan milenium atau MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015 dengan sasaran mengatasi beberapa masalah yang erat kaitannya dengan gizi.
Ia menambahkan, untuk menangani masalah gizi, dapat dilakukan dengan menerapkan gizi seimbang. "Gizi seimbang adalah makan dan minum untuk memnuhi kebutuhan gizi secara umum dengan prinsip beragam, hidup bersih, aktivitas dan pengendalian berat badan," tutupnya.


Tangggapan :
Sungguh riskan bahwa data kekurangan gizi mikro sangat tinggi. Ini disebabkan factor ekonomi dan ketidaktauan masyarakat. Sebaiknya pemerintah segera sigap terhadap permasahan ini karena ini menyangkut generasi-generasi muda. Pemerintah dapat melakukan kerja sama terhadap rumah sakit untuk melakukan survey bagaimana perkembangan balita diindonesia. Pemerintah dapat memberikan subsidi yang diberkan untuk masyarkat yang bertujuan untuk membeli kebutuhan vitamin untuk anak dan balita. Jika tidak maka generasi-generasi muda yang menjadi harapan bangsa menjadi tidak dapat kita harapkan lagi karena tersandung dengan permasalahan kecerdasan melalui kesehatan anak tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.